ANDALPOST.COM – Presiden SpaceX Gwynne Shotwell mengakui telah memblokir penggunaan teknologi satelit Starlink oleh pasukan Ukraina, Kamis (9/2).
Padahal teknologi satelit tersebut merupakan komponen utama dari perjuangan mereka melawan invasi Rusia.
“Ada hal-hal yang dapat kami lakukan untuk membatasi kemampuan mereka melakukan itu,” ungkap Gwynne Shotwell.
“Ada hal-hal yang bisa kita lakukan dan telah dilakukan,” imbuhnya.
Shotwell mengatakan Starlink sendiri memang tidak ditujukan untuk digunakan secara militer.
Bahkan, perusahaan itu tidak pernah menduga bahwa Ukraina akan menggunakan teknologi tersebut dalam perang melawan Rusia.
“Itu tidak pernah dimaksudkan untuk dijadikan senjata.”
“Namun, Ukraina telah memanfaatkannya dengan cara yang tidak disengaja dan bukan bagian dari kesepakatan apa pun,” terangnya.
Pengakuan Shotwell tersebut sekaligus membuktikan bahwa pendiri SpaceX Elon Musk memang tidak nyaman dengan penggunaan Starlink oleh militer Ukraina.
“Kami tahu militer menggunakannya untuk komunikasi, dan tidak apa-apa.”
“Tapi niat kami adalah tidak pernah membuat mereka menggunakannya untuk tujuan ofensif,” tutur Shotwell.
Di sisi lain, pada Oktober tahun lalu, Elon Musk memicu kemarahan warga Ukraina sekaligus Volodymyr Zelensky.
Kala itu, Musk mengusulkan rencana perdamaian dengan cara Ukraina menyerah begitu saja dan menyerahkan kendali atas wilayah Luhansk dan Donetsk.
Kemudian, di bulan yang sama muncul laporan bahwa sinyal Starlink telah dibatasi dan tidak tersedia saat melewati garis depan pasukan Ukraina.
Sehingga, pembatasan tersebut membuat lumpuhnya militer Ukraina untuk merebut kembali wilayah dari Rusia.
Bahkan, langkah itu juga memicu tuduhan bahwa Elon Musk tengah memuja Rusia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.