Menurutnya UU Cipta Kerja adalah musuh utama buruh saat ini. Said menjelaskan jika dalam UU tersebut terdapat banyak sekali kecacatan yang menguntungkan kaum kapitalis bukan berpihak pada buruh.
Salah satu yang dia gambarkan soal badan outsourcing atau perusahaan alih daya. Menurutnya hal ini adlah perbudakan modern.
Tenaga para buruh diperas dengan maksimal dengan upah minimum. Namun tidak ada jaminan karir di masa depan nanti.
“Paling saya garis bawahi adalah badan outsourcing, dimana tidak ada masa depan bagi kami.”
Oleh karena itu, fokus utama partai Buruh saat ini adalah mewujudkan cita-cita mereka dengan ikut kontestasi Pemilu 2024 mendatang. Mereka akan mengincar 30 kursi DPR RI agar aspirasi mereka bisa segera diperjuangkan.
Namun hal berbeda dilakukan oleh KSPI, dimana dengan tegas mereka telah menentukan untuk mendukung penuh Ganjar Pranowo sebagai bakal Capres 2024.
Padahal KSPI sendiri adalah organisasi yang didirikan para serikat buruh yang notabene memiliki kesamaan aspirasi.
Tetapi mereka justru secara tegas mendukung Capres yang berasal dari partai pro UU Cipta Kerja. Bahkan deklarasi dukungan bertepatan dengan Hari Buruh Nasional 1 Mei 2023 kemarin. Sayangnya hal ini belum direspon oleh Said Iqbal yang notabene mantan ketua KSPI.
Dia hanya menegaskan bahwa kasarnya dalam Partai Buruh sendiri tidak tidak memanfaatkan suara buruh. Melainkan sebaliknya, dengan menampung keluh kesah buruh untuk diperjuangkan.
“Partai Buruh tidak memanfaatkan suara buruh, melainkan justru partai Buruh yang harus bisa menjadi manfaat bagi buruh itu sendiri,” ujar Said.
“Intinya kita berjuang untuk mewujudkan cita-cita buruh.” (pam/fau)