ANDALPOST.COM – Pemerintah Australia, mengumumkan surplus anggaran negara untuk periode 2022/23 akan lebih besar dari proyeksi anggaran Mei sebesar A$4,2 miliar (US$2,81 miliar), Rabu (28/06/2023).
Perlu diketahui, surplus sendiri adalah jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah belanja.
Hal ini, tentu menjadi kabar gembira bagi Australia. Karena, di tengah guncangan ekonomi dunia, Australia masih bisa eksis dengan tren positif ekonominya.
Meski dari segi performa Australia dikatakan mampu bertahan, pemerintah Australia tidak ingin jemawa.
Langkah Pemerintah Australia
Diketahui, pemerintah Australia terus berhati-hati dalam pengambilan kebijakan, apalagi yang bersentuhan dengan sektor ekonomi.
Usai pengumuman surplus yang baik, Australia tetap mengimbau bahwa negeri kangguru tersebut dihadapkan dengan inflasi tinggi. Serta, dengan tantangan ekonomi global.
Akan tetapi, pertumbuhan lapangan pekerjaan yang kuat dan laba pertambangan yang melimpah, berhasil membengkakkan pundi-pundi uang pemerintah Australia. Hal ini, sejalan dengan perkiraan anggaran oleh federal.
Sementara itu, pembatasan pengeluaran dan penghematan A$40 miliar juga telah meningkatkan garis bawah anggaran.
Di sisi lain, Jim Chalmers, Menteri keuangan Australia dalam pidatonya di Dewan Properti Australia, memberikan tanggapannya terkait surplus yang ada.
“Saya dapat mengungkapkan bahwa kami mengharapkan surplus akan lebih besar dari perkiraan pada bulan Mei,” kata Jim.
“Faktanya, kami berada dalam posisi yang jauh lebih baik daripada yang kami perkirakan,” tambahnya.
Perkiraan Kondisi Ekonomi
Dilaporkan, Partai Buruh pemerintah Australia pada bulan Mei lalu, membanggakan surplus anggaran yang terjadi pertama kalinya (tahunan) dalam 15 tahun, hingga Juni 2023.
Alhasil, ini, merupakan perubahan besar dari perkiraan kekurangan A$37 miliar pada Oktober 2022 lalu.
Namun, Chalmers menanggapi dengan mengatakan kenaikan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA), sekarang ‘duduk’ di level tertinggi dalam 11 tahun terakhir.
Pemerintah sebisa mungkin menerapkan peringatan, dan lebih banyak melakukan pengetatan yang mungkin diperlukan untuk mendorong inflasi ke target. Yang, tentunya akan berdampak pada pengereman ekonomi.
“Kenaikan suku bunga 400 basis poin sejak sebelum pemilihan tahun lalu, adalah siklus pengetatan paling signifikan yang dilakukan RBA sejak era penargetan inflasi dimulai,” ucap Chalmers.
“Dan ini, bersama dengan tantangan global, secara signifikan akan memperlambat perekonomian kita,” sambungnya.
Di sisi lain, menurut Kementerian Keuangan Australia, ekonomi Australia diperkirakan bisa turun menjadi 1,5 persen pada periode 2023/24 dari 3,25 persen tahun fiskal.
Alhasil, menjelang data inflasi Mei yang akan dirilis nanti, Chalmers mengatakan inflasi yang tinggi tetap menjadi tantangan terbesar bagi perekonomian.
Akan tetapi, dia pun berharap dapat kembali ke target RBA sebesar 2-3 persen pada periode 2024/25 dari sekitar 7 persen sekarang.
“Kami memperkirakan (inflasi) akan tetap lebih tinggi dari yang kami inginkan, tetapi masih berada di jalur yang benar,” kata Chalmers.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.