Selain itu, kebakaran tersebut juga melahap gereja biara Santa Maria di Gesu. Padahal bangunan itu telah berdiri sejak abad ke-15 silam.
Di kota Catania, Sisilia timur, suhu mendekati 47C dan orang-orang berjuang dengan pemadaman listrik serta masalah pasokan air.
Bandara lokal di sana, terbesar kelima di Italia, ditutup minggu lalu. Sebab kebakaran di gedung terminal dan dibuka kembali hanya untuk beberapa penerbangan.
Rekor Eropa 48,8C didaftarkan di Floridia, Sisilia, pada Agustus 2021.
Namun, suhu naik menjadi 47,6C di beberapa bagian Italia selatan dan diperkirakan akan tetap demikian hingga Selasa.
Panas Ekstrem
Panas ekstrem telah menyebabkan kematian setidaknya enam orang dalam dua minggu terakhir. Termasuk seorang pria Tunisia berusia 50 tahun yang meninggal saat bekerja di sebuah peternakan di Viterbo, di wilayah Lazio.
Beberapa foto di media sosial memperlihatkan kebakaran yang mengancam situs arkeologi kuno Segesta.
Otoritas setempat mengatakan kobaran api telah padam dan situs tersebut ditutup sementara untuk melakukan pemeriksaan potensi kerusakan.
“Malapetaka yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kerusakan lingkungan yang tak terhitung,” ungkap Asosiasi petani, Coldiretti.
Sementara suhu panas terus melanda bagian selatan, wilayah utara justru kian menanggung beban cuaca buruk yang disebabkan oleh datangnya udara dari Eropa utara.
Diperkirakan angin tersebut akan membawa hujan serta angin kencang yang lebih deras di Lombardy, Trentino Alto Adige, Veneto dan Friuli Venezia Giulia.
Cuaca buruk yang terjadi hari Senin juga menyebabkan pohon tumbang.
Alhasil, terjadi pemblokiran di Milan dan perusahaan kereta Italia utara Trenord mengatakan jaringannya telah mengalami kerusakan dan gangguan yang meluas.
Sementara layanan pemadam kebakaran Lombardy menerima ratusan telepon saat angin kencang merobek atap beberapa rumah.
Giuseppe Sala, Walikota Milan, mengatakan warga tidak dapat tidur pada malam hari karena angin melebihi 63 mph (100 km/jam).
“Apa yang kami lihat tidak normal. Kita tidak dapat lagi menyangkal bahwa perubahan iklim sedang mengubah hidup kita. Kami tidak bisa lagi menutup mata, dan yang terpenting, kami tidak bisa melakukan apa-apa,” jelas Sala.
Krisis iklim pun meningkatkan cuaca ekstrem di seluruh dunia. Juga menyebabkan bencana yang lebih sering dan lebih mematikan dari gelombang panas hingga banjir serta kebakaran hutan. (spm/ads)