Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Belajar dari Tragedi Itaewon, Apa yang Harus Dilakukan Saat Situasi Seperti Itu?

Tim penyelamat mengavakuasi korban perayaan Halloween di Itaewon, Sabtu (29/10/2022) (Foto: Kim Hong-ji/Reuters)

Lebih lanjut Dr Milad Haghani membeberkan istilah “injak-injak” juga menyalahkan orang-orang yang terlibat dalam kejadian naas tersebut. Seolah-olah mereka menunjukkan semacam perilaku buruk atau berperilaku nakal sehingga menyebabkan bencana.

“Itu adalah salah satu alasan yang menghentikan kami di masa lalu untuk belajar dari peristiwa ini dan mencoba mengurangi risiko ini ketika menyelenggarakan acara,” ujar Dr Milad.

Ia juga mengatakan bahwa ini bukanlah insiden pertama kali yang terjadi di seluruh dunia. Dr Milad Haghani memberikan contoh bencana Love Parade di Jerman.

“Banyak insiden penghancuran massa lainnya di masa lalu memiliki karakteristik yang sama. Itu mengacu pada fakta bahwa mereka memiliki sejumlah besar massa secara tidak terbatas. Termasuk, permintaan besar ke area terlarang yang tidak menawarkan rute pelarian kepada orang-orang.” kata Dr Milad.

Dia juga menambahkan dalam kejadian tersebut, masuk dan kepadatan massa tidak terkontrol dan terpantau. Dalam insiden di Jerman, 21 orang tewas tertimpa kepanikan di terowongan yang padat selama festival musik dansa elektronik.

“(Insiden Itaewon) seharusnya dihindari mengingat kami telah mengamati insiden ini di masa lalu dan kami harus belajar dari mereka,” imbuhnya. (spm/fau)