Brasil Tingkatkan Keamanan Pelantikan Lula Usai Terjadi Ancaman Bom

Sebuah kendaraan penjinak bom federal mengerahkan robot di dekat lokasi yang diduga bahan peledak di Brasilia, Brasil, pada 24 Desember 2022 (Adriano Machado/Reuters)

ANDALPOST.COM – Brasil kian meningkatkan keamanan saat pelantikan presiden terpilih Luiz Inacio Lula da Silva, Senin (26/12/2022).

Menteri kehakiman baru Brasil, Flavio Dino mengatakan keamanan perlu ditingkatkan setelah seorang pria ditangkap pada akhir pekan karena dugaan plot bom yang bertujuan untuk menabur ”kekacauan” di negara itu.

Dino dalam sebuah wawancara di televisi pada Senin kemarin, menjelaskan bahwa pemerintah berikutnya tidak akan membiarkan terorisme politik di Brasil.

“Kami tidak berbicara tentang serigala,” kata Dino tentang tersangka, George Washington de Oliveira Sousa, yang ditangkap pada hari Sabtu (24/12/2022).

Polisi mengatakan dia berencana untuk meledakkan alat peledak di dekat bandara di ibu kota, Brasilia.

“Ada orang kuat di balik ini, dan polisi akan mengusutnya,” kata Dino.

Plot yang diduga terungkap hanya beberapa hari sebelum presiden sayap kiri yang masuk atau akrab disapa Lula, dijadwalkan akan mulai menjabat pada 1 Januari 2023 mendatang.

Dino juga berjanji pelantikan Lula akan berlangsung dengan damai.

“Demokrasi telah menang dan akan menang,” imbuh Dino.

Lula yang sebelumnya menjabat dua periode sebagai presiden dari 2003 hingga 2010, berhasil mengalahkan petahana sayap kanan Jair Bolsonaro dalam pemilihan Oktober lalu.

Para pengamat menilai kontes antara keduanya sebagai kontes politik paling memecah belah dalam sejarah Brasil.

Selama berbulan-bulan, Bolsonaro mengklaim sistem pemungutan suara elektronik negara itu rentan terhadap penipuan sehingga memicu kekhawatiran bahwa mantan kapten angkatan darat itu berencana untuk menggugat hasil jika dia kalah dari Lula.

Banyak pendukung Bolsonaro terus menolak kekalahannya dalam pemilihan dengan memblokir beberapa jalan utama pada hari-hari setelah Lula dinyatakan sebagai pemenang.

Menurut pernyataan polisi sipil dan diterbitkan di media lokal, tersangka Sousa mengaku kepada pihak berwenang bahwa bom itu adalah bagian dari rencana untuk memulai kekacauan dan mencegah pembentukan komunisme di Brasil.

Dia mengatakan ide itu dicetuskan oleh pendukung Bolsonaro lainnya yang telah melakukan protes di luar markas tentara di Brasilia untuk mendesak militer agar menghentikan Lula menjabat sebagai presiden.

Sousa mengatakan kepada polisi bahwa tujuannya adalah menempatkan dua bahan peledak di lokasi strategis sebagai tanda deklarasi keadaan pengepungan di negara itu dan dari sana memprovokasi intervensi oleh angkatan bersenjata. Hal ini diungkap oleh surat kabar Brasil Folha de Sao Paulo.

Polisi mengatakan Sousa yang bekerja di bengkel di negara bagian utara Para, telah menyimpan gudang senjata di apartemennya. 

Menurut Folha de Sao Paulo, Sousa memiliki cache senilai sekitar Rp484 juta.

Sousa juga menjelaskan bahwa ia terinspirasi untuk mendapatkan senjata karena kata-kata dari Bolsonaro yang secara blak-blakan mendukung kepemilikan senjata.

Pengacara awal Sousa, Wallison dos Reis Pereira, mengatakan dia telah mengaku dan bekerja sama dengan polisi. 

Namun pengacaranya saat ini, Jorge Chediak, menyebut pengakuan Sousa kepada polisi penuh dengan kontradiksi. 

Meski begitu, Chediak belum berbicara dengan Sousa, yang saat ini berada di penjara.

Di sisi lain, Lula telah berjanji untuk memerintah semua orang Brasil, tetapi dia menghadapi tantangan berat guna menyatukan negara yang terpecah belah setelah empat tahun ditandai meningkatnya kemiskinan, perusakan lingkungan, dan menjadi salah satu negara kasus COVID-19 tertinggi di dunia.

Pemerintahannya yang akan datang menandai “halaman baru untuk Brasil, dengan lebih banyak demokrasi dan hak.

“Mengatur Brasil berarti berurusan dengan agribisnis, evangelis, dan mantan sekutu Bolsonaro,” Carlos Melo, seorang profesor ilmu politik di Universitas Insper di Sao Paulo.

“Ini bisa membuat frustasi pemilih Lula yang setengah hati, tapi itulah yang mereka pilih,” tegas Melo.

(SPM/FAU)