ANDALPOST.COM — Seorang miliarder India, Gautam Adani ingin menampung satu juta orang yang tinggal di salah satu daerah kumuh terbesar di Asia, Senin (28/8/2023).
Namun, langkah tersebut justru memicu kekhawatiran di kalangan penduduk tentang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan di tengah kesulitan keuangan.
Sebelumnya, daerah kumuh Dharavi, sekitar tiga perempat luas Central Park di New York, ditampilkan dalam film pemenang Oscar tahun 2008 karya Danny Boyle, “Slumdog Millionaire”.
Terlihat saluran pembuangan air terbuka dan toilet bersama. Perumahan bertingkat tinggi bagi perusahaan-perusahaan asing, sangat kontras dengan pesatnya pembangunan di India.
Adani pun memimpin rencana pembangunan kembali Dharavi setelah pemerintah negara bagian Maharashtra pada bulan Juli menyetujui tawaran kontrak senilai Rp9 triliun untuk merombak kawasan kumuh, yang dikenal sebagai penghasil barang-barang kulit.
Adani Group bertujuan untuk menghancurkan stigma orang mengenai kumuhnya daerah tersebut. Terlebih, dalam film “Slumdog Millionaire”, daerah itu digambarkan dengan kondisi tidak higienis dan menyedihkan.
Sehingga, Adani ingin membangun menara baru di atas tanah milik negara untuk menampung penduduk dan bisnis mereka.
Consultancy Liases Foras memperkirakan Adani dapat berinvestasi hingga Rp183 triliun untuk membangun kembali Dharavi. Sebagai imbalannya, ia akan mendapatkan hak pengembangan yang dapat menghasilkan pendapatan hingga Rp367 triliun.
Hanya mereka yang sudah tinggal di Dharavi sebelum tahun 2000, sebagian besar penduduk di lantai dasar, akan mendapatkan rumah gratis dalam pembangunan kembali tersebut.
Sekitar 700.000 penghuni lantai mezanin dan lantai atas dianggap tidak memenuhi syarat oleh pemerintah. Namun, akan tetap ditawari unit yang berjarak hingga 10 kilometer.
Tak hanya itu, mereka juga diwajibkan membayar biaya di muka atau harga sewa yang lebih tinggi.
Perombakan yang diperkirakan akan dimulai sekitar bulan September, berbarengan dengan gejolak bagi Adani. Ia yang dikenal sebagai orang terkaya ketiga di dunia hingga bulan Januari itu, dituding melakukan transaksi tidak patut yang menghapuskan Rp2 kuadriliun dari penilaian pasar grupnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.