ANDALPOST.COM – Serangan siber yang dilakukan oleh seorang hacker membuat warga Australia takut akan privasi mereka, lantaran adanya pencurian data pribadi.
Setidaknya, data jutaan orang Australia telah dicuri dalam serentetan serangan hacker yang menargetkan perusahaan. Khususnya, seperti telekomunikasi Optus, serta asuransi kesehatan Medibank.
Kasus Emma, Salah Satu Korban Hacker
Salah satu kasus peretasan data pribadi, dialami oleh seorang pengacara asal Australia bernama Emma (41).
Di sini, Emma mengaku detail masalah kesehatan mentalnya, telah diretas dalam serangan siber besar-besaran. Diduga, diambil dari perusahaan asuransi kesehatan swasta terbesar di Australia.
Alhasil, Emma khawatir kariernya dapat terancam karena peretasan tersebut. Dengan ini, Emma termasuk di antara hampir 10 juta warga Australia yang terkena dampak peretasan Medibank.
Lantaran itulah, pemerintah meminta perusahaan tersebut untuk merombak undang-undang mereka agar dapat melindungi data para pelanggan.
Setelah menuntut uang tebusan, para hacker yang menurut polisi adalah penjahat dunia maya Rusia itu, menerbitkan lebih dari 1.600 berkas sensitif pasien di situs gelap (dark web).
“Sangat mengecewakan bagi saya mengetahui bahwa data tentang kesehatan saya dapat ditemukan di internet,” kata Emma.
“Saya sangat tertekan, karena itu mempengaruhi kemampuan saya untuk kembali bekerja jika mereka mengungkapkan informasi tentang penyakit mental saya,” imbuhnya.
Dilaporkan, atas kejadian ini, Emma menderita gangguan depresi berat dan gangguan stres pasca-trauma kronis (PTSD).
“Perasaannya mengerikan, perasaan bahwa seseorang memiliki informasi yang sangat pribadi tentang saya dan saya tidak punya kendali atasnya,” tutupnya.
Perlindungan dan Perubahan UU
Bersamaan dengan data yang terkait dengan klaim dan diagnosa masa lalunya. Diketahui, para peretas mengambil nama, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, dan alamat emailnya.
Alhasil, pelanggaran data, di mana data sensitif, dilindungi, atau rahasia disalin, dilihat, dicuri, atau digunakan. Khususnya, oleh seseorang yang tidak berwenang melakukannya, telah meningkat.
Hal ini disebabkan, karena semakin banyak data yang ditangkap dan disimpan oleh pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia.
Menanggapi persoalan itu, pemerintah Australia telah berjanji untuk “memburu” para penjahat dunia maya tersebut.
Mereka mengumumkan, gugus tugas baru yang terdiri dari sekitar 100 petugas dari polisi federal. Termasuk, Direktorat Sinyal Australia yang tugasnya adalah “meretas para peretas.”
Pekan ini, parlemen juga mengesahkan Undang-undang (UU) untuk mengubah peraturan privasi negara yang dibuat pada tahun 1988 silam.
Alhasil, perubahan ini, mencakup peningkatan hukuman yang dihadapi oleh perusahaan atas pelanggaran privasi pelanggan yang serius atau berulang.
Medibank yang menolak membayar uang tebusan kepada para hacker, mengatakan bahwa mereka terus memantau jaringannya untuk setiap aktivitas mencurigakan.
Serta, mereka telah menambahkan kemampuan yang dapat mendeteksi, dan forensik siber di seluruh sistemnya, guna mencegah insiden lebih lanjut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.