ANDALPOST.COM – Setidaknya 23 juta orang di seluruh dunia tinggal di dataran banjir yang terkontaminasi oleh konsentrasi limbah beracun yang berpotensi membahayakan dari aktivitas penambangan logam, menurut sebuah penelitian. Ilmuwan Inggris memetakan 22.609 tambang logam aktif dan 159.735 tambang logam terbengkalai di dunia dan menghitung tingkat polusi dari tambang tersebut.
Bahan kimia dapat terlepas dari operasi penambangan ke dalam tanah dan saluran air. Para peneliti mengatakan penambangan di masa depan harus direncanakan dengan sangat hati-hati.
“Hal ini sangat penting mengingat melonjaknya permintaan logam yang akan mendukung teknologi baterai dan elektrifikasi, termasuk litium dan tembaga”, kata Prof Mark Macklin dari Universitas Lincoln, yang memimpin penelitian tersebut.
“Kami sudah mengetahui hal ini sejak lama,” tambahnya.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Science ini melanjutkan penelitian tim sebelumnya tentang bagaimana tepatnya polusi dari aktivitas pertambangan berpindah dan terakumulasi di lingkungan.
Penemuan para ilmuwan
Para ilmuwan mengumpulkan data aktivitas pertambangan di seluruh dunia, yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan pertambangan, dan organisasi seperti Survei Geologi AS. Hal ini mencakup lokasi masing-masing tambang, logam apa yang diekstraksi dan apakah tambang tersebut aktif atau ditinggalkan.
Prof Macklin menjelaskan, sebagian besar logam hasil penambangan logam terikat pada sedimen di dalam tanah.
“Bahan inilah yang terkikis dari ujung limbah tambang, atau di tanah yang terkontaminasi yang berakhir di saluran sungai atau [dapat] disimpan di dataran banjir,” sebutnya.
Prof Macklin dan rekan-rekannya menggunakan analisis lapangan dan laboratorium yang telah dipublikasikan sebelumnya untuk mengetahui seberapa jauh sedimen yang terkontaminasi logam ini bergerak ke sistem sungai.
Data tersebut memungkinkan para ilmuwan untuk menghasilkan model komputer yang dapat menghitung luas saluran sungai dan dataran banjir di seluruh dunia yang tercemar oleh limbah pertambangan baik dari aktivitas pertambangan saat ini maupun di masa lalu.
“Kami memetakan wilayah yang mungkin terkena dampak, yang jika digabungkan dengan data populasi, menunjukkan bahwa 23 juta orang di dunia hidup di wilayah yang dianggap ‘terkontaminasi’,” kata Chris Thomas, profesor ilmu pengetahuan dan teknologi. kesehatan air dan planet di Universitas Lincoln.
“Apakah orang-orang tersebut akan terkena dampak kontaminasi tersebut, kami tidak dapat memastikannya melalui penelitian ini, dan ada banyak cara yang dapat membuat orang-orang tersebut terpapar,” tegasnya.
“Tetapi terdapat pertanian dan irigasi di banyak wilayah tersebut.”
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.