Penjelasan Saksi Mata
Nitin Kavaiya bersama istri dan dua putrinya kala itu berada di sana untuk melihat dan berfoto. Sang putri masing-masing berusia tujuh tahun dan tujuh bulan.
Sekitar pukul 18.30 waktu setempat, mereka turun dari jembatan dan duduk di salah satu tepi sungai Machu.
“Di jembatan itu sangat ramai. Saya kira mungkin ada 400-500 orang di sana,” ujar Nitin, dilansir oleh BBC.
Melihat kerumunan tersebut, Nitin menegur penjual tiket untuk mengurangi kerumunan.
“Saya pergi dan memberi tahu orang-orang yang menjual tiket bahwa mereka harus mengurangi kerumunan. Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan.” imbuhnya.
Sepuluh menit kemudian, ketika ia membungkuk untuk memberi bayi perempuannya seteguk air, Nitin mendengar suara teriakan dan jeritan. Jembatan itu putus, lebih dekat ke tepi pantai yang lain, jalur logamnya menjuntai di kedua sisi.
Baca juga:
Hong Kong Bebas Masker Mulai Bulan Maret |
“Saya melihat orang-orang tergelincir ke dalam air dan mereka tidak muncul ke permukaan setelah itu. Sedangkan yang lain berpegangan pada bagian jembatan mencoba untuk tetap mengapung. Banyak dari kami mencoba membantu siapapun yang kami bisa,” katanya.
Hingga saat ini, Nitin mengaku masih trauma setiap kali mengingat kejadian yang menewaskan ratusan orang itu.
“Setiap kali saya memejamkan mata sekarang saya hanya melihat visual jembatan yang runtuh, dan mendengar suara-suara orang yang tercebur ke sungai. Saya merobek potongan tiket yang saya miliki dengan marah. Dan bukan hanya saya, seluruh kota berduka dan marah,” ungkap Nitin. (SPM/FAU)