Selain puluhan kendaraan layanan darurat dan polisi, pejabat pemerintah daerah dan politisi berkumpul di luar gedung.
“Ini adalah tragedi yang sangat besar,” kata Mmusi Maimane, pemimpin partai Build One Afrika Selatan.
Dia mengatakan kondisi gedung seharusnya tidak dibiarkan seburuk itu.
“Ini merupakan gejala dari penegakan hukum di kota yang hampir runtuh,” imbuhnya.
Dumisani Baleni, juru bicara partai Pejuang Kemerdekaan Ekonomi, yang juga berbicara di lokasi kejadian menyebut perumahan tersebut tidak aman.
“Bangunan ini tidak aman dihuni,” kata Baleni.
Bangunan tersebut berada di jantung kawasan pusat bisnis bobrok di Johannesburg.
Gedung tersebut merupakan salah satu dari ratusan bangunan bobrok yang ditempati secara tidak sah dan hanya menerima sedikit layanan publik.
Gedung itu sebenarnya di bawah tanggung jawab Kota Johannesburg, namun pemerintah tidak mengambil peran aktif dalam mengelola atau memelihara gedung tersebut.
Sebaliknya, menurut warga uang sewa dibayarkan kepada sindikat yang menguasai gedung tersebut dengan harga satu kamar sekitar Rp810 ribu per bulan.
Warga juga mengatakan tidak ada pemeliharaan yang dilakukan di lokasi tersebut dan tidak ada alat pemadam kebakaran atau pintu darurat.
Bahkan, pasokan listrik yang tidak dapat diandalkan menyebabkan lampu parafin dan terpaksa menggunakan lilin untuk penerangan. Selain itu, pasokan air di gedung tersebut juga sangat minim. (spm/fau)