ANDALPOST.COM — Konflik Israel-Gaza telah merenggut nyawa tiga jurnalis lagi, sehingga menambah jumlah korban jiwa pekerja media di wilayah tersebut.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) telah melaporkan 48 kematian yang dikonfirmasi di kalangan jurnalis dan pekerja media, dengan 43 warga Palestina, 4 warga Israel, dan 1 warga Lebanon di antara korban jiwa.
Selain itu, 9 jurnalis dilaporkan terluka, hal ini semakin menekankan kondisi berbahaya yang dihadapi oleh mereka yang meliput konflik tersebut.
Konflik tersebut, yang dimulai pada tanggal 7 Oktober, telah menyaksikan lonjakan kematian jurnalis yang mengkhawatirkan. Dengan sedikitnya 39 jurnalis terbunuh hanya dalam waktu sebulan setelah serangan Israel yang tiada henti di Gaza.
Jumlah ini melampaui jumlah korban jurnalis yang tercatat dalam konflik besar lainnya, termasuk perang Rusia-Ukraina.
Reporters Without Borders (RSF), sebuah badan pengawas kebebasan pers yang berbasis di Paris, juga telah mendokumentasikan korban tewas sebanyak 41 jurnalis, menekankan betapa parahnya situasi dan kebutuhan mendesak akan perhatian internasional.
Jurnalis yang beroperasi di Gaza menghadapi pun risiko yang sangat tinggi ketika mereka menavigasi konflik di tengah serangan darat Israel di Kota Gaza. Serangan udara yang tiada henti, gangguan komunikasi, dan pemadaman listrik yang ekstensif.
Lingkungan yang berbahaya telah menimbulkan kekhawatiran mengenai keselamatan dan keamanan jurnalis. Sehingga mendorong CPJ untuk menawarkan sumber daya dan dukungan bagi para profesional media di wilayah tersebut.
Melanggar Kebebasan Jurnalis
Konflik tersebut tidak hanya merenggut nyawa jurnalis tetapi juga memicu dugaan pelanggaran hukum internasional. Israel dituduh melakukan pemboman tanpa pandang bulu di Jalur Gaza, yang mengakibatkan banyak korban sipil.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.