Pertumbuhan Industri Pertahanan Rusia
Berikutnya, selain pernyataan Menteri Pertahanan Ukraina terkait serangan balasan mereka yang terkendala, pihak Rusia dilaporkan sedang menumbuhkan produksi senjatanya.
Diketahui, Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, Denis Manturov mengungkapkan, bahwa Rusia membutuhkan sekitar 16.000 pekerja untuk industri pertahanannya.
Hal tersebut, ia nyatakan pada sebuah konferensi di Nizhny Novgorod, hari Senin lalu.
Denis menyatakan, bahwa produksi persenjataan pun telah meningkat pada sebagian jenis senjata. Meskipun pihaknya dilaporkan masih membutuhkan pekerja.
“Sejak awal tahun ini (2023), banyak tipe senjata dan peralatan khusus, lebih banyak telah diproduksi daripada keseluruhan (produksi) tahun lalu,” ungkap Denis.
“Berbicara tentang senjata, kami sekarang telah mencapai suatu tingkat. Di mana, pengantaran (persenjataan dan peralatan) dalam satu bulan telah melebihi total pesanan tahun lalu,” tambahnya.
Akan tetapi, meskipun terdapat kenaikan total produksi persenjataan dan peralatan pihak Rusia, mereka masih tetap membutuhkan pekerja ahli untuk industri militernya.
Denis pun menjelaskan, harus ada sebuah ‘pendekatan yang integratif’. Khususnya pada gubernur-gubernur negara untuk mendorong adanya sumber daya manusia.
Pengiriman Persenjataan AS
Selanjutnya, selain adanya peningkatan produksi di industri pertahanan Rusia. Pihak Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), telah berencana untuk mengirimkan persenjataan ke Ukraina.
Salah satu tipe senjata yang dikirim, yakni merupakan pesawat jet tempur F-16 yang direncanakan akan sampai ke Ukraina pada akhir tahun 2023.
Para pilot untuk jet tempur itu pun, dilaporkan akan berasal dari Ukraina dan akan dilatih setidaknya selama enam bulan di luar negara tersebut.
Akan tetapi, beberapa pihak Rusia tidak cemas akan berita tersebut. Contohnya, Viktor Bondarev yang merupakan pejabat pemerintah di Rusia, menyatakan F-16 tidak membuat banyak perbedaan.
Viktor mengungkapkan, bahwa infrastruktur di Ukraina tidak dapat mendukung sebuah jet tempur F-16. Sebab banyak lapangan udara besar milik Ukraina telah ‘hancur’.
Selain infrastruktur, tentunya terkait masalah pelatihan seorang pilot yang menurut Viktor, membutuhkan setidaknya sembilan bulan.
Berikutnya, selain pesawat jet tempur F-16, AS dilaporkan juga akan mengirimkan amunisi untuk howitzer Ukraina, roket luncur jenis Hydra-70, drone pengintai Hornet. Serta, HIMARS, rudal NASAMS, Javelin dan Stinger.
Tidak hanya itu, AS juga akan menyediakan sekitar 28 juta amunisi senjata ringan ke Ukraina. (adk/ads)