Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Kolaborasi PT Bio Farma dan CEPI dalam Rangka Percepatan Produksi Vaksin

Kolaborasi di bidang kesehatan antara pemerintah Indonesia dengan CEPI | sumber Kemenkes

Kolaborasi

Dr. Richard Hatchett, CEO CEPI menyampaikan risiko pandemi di masa mendatang harus dipersiapkan dengan baik guna mencegah KLB. Maka dari itu, dunia harus mampu merespon dengan cepat dan adil.

Melalui kerja sama Indonesia melalui Bio Farma dan CEPI, maka akan muncul suatu kontribusi baru bagi kemajuan di sektor kesehatan. Salah satu upayanya adalah mengembangkan fasilitas kelas dunia yang dimiliki oleh Bio Farma dengan teknologi produksi terbaru yakni, vaksin mRNA dan viral vector. 

Tak hanya sampai di situ, kerja sama ini juga akan dapat berdampak pada percepatan dan keadilan akses vaksin bagi negara-negara di kawasan ASEAN. Hal ini diimplementasikan melalui kapabilitas dalam memproduksi vaksin mRNA.

“Kapabilitas dalam memproduksi vaksin mRNA yang diterapkan melalui kerja sama ini dapat memberikan percepatan dan keadilan akses vaksin bagi negara-negara di kawasan ASEAN Ketika menghadapi ancaman wabah,” ujar Richard.

Sejalan dengan Richard, Shadiq Akasya selaku Direktur Utama Bio Farma juga menyampaikan bahwa kolaborasi kedua belah pihak memang untuk meningkatkan kapabilitas industri di negara berkembang, seperti Indonesia. 

Namun lebih dari itu, Bio Farma juga ingin berperan penuh terhadap kesehatan global.

“Kolaborasi ini merupakan salah satu pencapaian bagi Bio Farma dalam rangka berkontribusi pada kesehatan dunia, dan memberi kemudahan akses produk vaksin di masa sulit seperti pandemi, khususnya di kawasan ASEAN,” kata Shadiq.

Lebih lanjut, terdapat inovasi terbaru berupa fasilitas untuk produksi dan pengembangan vaksin yang aman. Di mana merupakan bagian Misi 100 Hari CEPI (CEPI‘s 100 Days Mission). Fasilitas tersebut telah mendapat dukungan dari negara G7 dan G20.

Pemanfaatan inovasi fasilitas terbaru ini diciptakan untuk melakukan pengurangan  waktu yang diperlukan dalam proses pengembangan vaksin. Ini tentu akan sangat efektif apabila muncul KLB sewaktu-waktu, dan juga sangat mudah diakses oleh banyak kelompok di dunia. (rnh/ads)