Kebangkitan Politik
Diketahui, Anwar dan Mahathir mengesampingkan perbedaan mereka pada tahun 2018 dan setuju untuk bekerja sama.
Tentunya, guna menggulingkan partai Barisan Nasional yang berkuasa di tengah tuduhan korupsi para pemimpin.
Pemimpin Barisan Najib Razak, sejak itu di penjara karena skandal multi-miliar dolar terkait dengan dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Setelah kemenangan mereka, Mahathir meminta pengampunan kerajaan untuk Anwar dan berjanji untuk menyerahkan kekuasaan kepadanya dalam waktu dua tahun. Sayangnya, koalisi tersebut runtuh.
Dalam pemilihan umum 2022, koalisi Pakatan Harapan (Aliansi Harapan) Anwar memenangkan kursi terbanyak. Akan tetapi, tidak mencapai mayoritas yang dibutuhkan.
Sebelum pemilihan, dia menghadapi seruan untuk mundur karena beberapa orang percaya dia telah bertahan terlalu lama.
Tanggapan Anwar Ibrahim akan Pemilu
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Reuters, Anwar mengatakan dia tahu batasannya. Ketika ditanya, apakah pemilihan ini akan menjadi yang terakhir baginya.
“Apakah saya dianggap relevan atau tidak dalam beberapa tahun ke depan, itu hak rakyat yang menentukan,” ujar Anwar.
Setelah pemilihan menghasilkan suatu kebuntuan politik dengan saingannya. Perikatan Nasional juga mengklaim memiliki jumlah yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
Hingga akhirnya, raja turun tangan untuk memecahkan kebuntuan dengan menyerukan pemerintah persatuan.
Pada 24 November, penunjukan Anwar dikonfirmasi oleh istana dan beberapa jam kemudian, dia mengambil sumpah jabatannya. (spm/fau)