“Cekungan bahan bakar bekas hanyalah kolam besar dengan batang bahan bakar uranium di dalamnya – sangat panas tergantung berapa lama mereka berada di sana,” Kate Brown, seorang sejarawan lingkungan di Massachusetts Institute of Technology.
“Jika air tawar tidak dimasukkan, maka air akan menguap. Begitu air menguap, maka kelongsong zirkonium akan memanas dan dapat terbakar,” lanjutnya.
“Kemudian kita mengalami situasi yang buruk – api uranium yang diiradiasi yang sangat mirip dengan Situasi Chornobyl melepaskan seluruh kompleks isotop radioaktif,” paparnya.
Di sisi lain, emisi hidrogen dari kolam bahan bakar bekas, menyebabkan ledakan di reaktor 4 dalam bencana nuklir Fukushima Jepang pada tahun 2011 silam.
Menurut pengajuan Ukraina tahun 2017 ke IAEA, ada total lebih dari 2.200 ton bahan nuklir tidak termasuk reaktor.
Perebutan Ukraina dan Rusia
Setelah menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, pasukan Rusia mengambil alih pabrik tersebut pada awal Maret.
Alhasil, unit militer khusus Rusia menjaga fasilitas tersebut. Ditambah pula, ada spesialis nuklir Rusia di lokasi.
Tidak lupa, staf Ukraina yang juga terus membantu mengoperasikan pabrik.
Setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mencaplok sebagian besar Ukraina, termasuk area di mana pembangkit nuklir itu berada.
Putin menandatangani dekrit pada 5 Oktober, untuk meresmikan kendali Rusia atas pembangkit tersebut. (spm/fau)