Lebih lanjut, pameran akan menunjukkan bagaimana terungkapnya kekayaan dan koleksi seni tersebut yang merupakan warisan dari kakek Fitzwilliam, Matthew Decker.
Matthew Decker merupakan seorang pedagang dan pemodal Inggris kelahiran Belanda. Keluarganya merupakan orang-orang terkemuka pada tahun 1700an.
Keluarganya juga merupakan seorang pendiri South Sea Company dan memperoleh hak eksklusif untuk memperdagangkan orang Afrika ke Amerika pada masa kolonial Spanyol.
Sejarah tersebutlah yang akan dijadikan inti dari pameran Museum Fitzwilliam.
Bagian-bagian Pameran
Lebih lanjut, pameran yang akan digelar pada 8 September 2023 hingga 7 Januari 2024 itu akan menampilkan beberapa bagian berdasarkan sejarah.
Pada bagian pertama akan menampilkan sekilas dunia sebelum perbudakan transatlantik. Bagian ini akan menyoroti sejarah merdekanya Afrika Barat, Karibia, dan Eropa.
Dalam bagian tersebut juga akan menampilkan alat-alat yang digunakan pada tahun pra-1500 yang merupakan batu upacara dari masyarakat adat Karibia dan Jan Jansz Mostaert, seorang pria Afrika yang diyakini sebagai potret individu pertama dari orang kulit hitam dalam seni Eropa.
Pada bagian kedua akan menampilkan kekayaan yang dimiliki oleh Cambridge melalui perbudakan atlantik. Bagian ini akan menunjukkan bagaimana keuntungan dari perbudakan digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Inggris.
Lebih lanjut, bagian ini juga akan menunjukkan bagaimana koloni Eropa mengesahkan undang-undang yang menciptakan kategori ras. Guna membenarkan perbudakan dan mempromosikan rasisme anti-kulit hitam.
Pada bagian terakhir, pameran akan menunjukkan kontribusi orang kulit hitam yang diperbudak serta penemuan ilmiah mengenai pengetahuan botani yang dibawa ke Inggris.
Karya-karya yang akan ditampilkan dalam bagian ini adalah potret John Tyley, seorang pemuda yang menjadi contoh seniman kulit hitam dan menggambarkan subjek kulit hitam.
Luke Syson, seorang direktur museum Fitzwilliam mengatakan, “momen ini penting dalam sejarah Fitzwilliam,” katanya.
Kemudian ia menambahkan, “merefleksikan asal usul museum kami, pameran ini menempatkan kami dalam kisah eksploitasi dan perbudakan transatlantik yang sangat besar, yang warisannya menyebar dan sangat berbahaya pada abad ke-17 hingga ke-19,” tutupnya. (zaa/ads)