ANDALPOST.COM – Pemilu Thailand tidak hanya penting bagi warganya, tapi juga sebagai penentu nasib lebih dari 1,5 juta pengungsi. Serta migran Myanmar yang tinggal di negara Asia Tenggara tersebut.
Pasalnya, Thailand diguncang kudeta militer sejak 2014 silam, saat Jenderal Prayuth Chan-ocha merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih, Yingluck Shinawatra.
Guna memperkuat pemerintahannya, pemerintah yang berkuasa menerapkan pemilu ketat lima tahun kemudian.
Namun, saat negara tersebut bersiap mendekati pemilu, reputasi Prayuth Chan-ocha justru merosot.
Sehingga, sekutu Ma Thet yakni Jenderal Senior Min Aung Hlaing memiliki peluang besar memenangkan suara di pemilu kali ini.
Kendati begitu, seorang peneliti muda dari Myanmar, Ma Khine Thet meyakini pemilu Thailand bakal menawarkan secercah harapan.
Terlebih, negeri dengan julukan seribu pagoda itu akan mendukung gerakan anti-kudeta yang dipimpin oleh Pemerintah Persatuan Nasional (NUG).
NUG sendiri dibentuk oleh para legislator Myanmar yang digulingkan.
“Jika oposisi Thailand membentuk pemerintahan, kemungkinan besar mereka akan mendukung gerakan demokrasi Myanmar, mungkin bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS). Tapi saya khawatir China, yang mendukung Min Aung Hlaing, akan menekan pemerintahan Thailand yang baru,” jelas Ma Thet, Selasa (21/3).
Ma Khin The sendiri merupakan orang Myanmar yang melarikan diri ke Bangkok setelah mantan rekannya dijebloskan ke penjara oleh militer tahun lalu.
Seperti banyak advokat lainnya, pelajar, jurnalis dan politisi dari Myanmar, dia cemas akan dideportasi kembali ke negara itu, di mana ia akan menghadapi penjara dan bahkan penyiksaan.
“Pemerintah militer Thailand dan junta Myanmar memiliki hubungan layaknya saudara,” imbuhnya.
“Thailand adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan hubungan diplomatik kuat dengan junta Burma, dan memiliki kepentingan ekonomi yang besar seperti operasi gas Laut Andaman. Minat seperti itu mendorong mereka untuk melemahkan revolusi kita,” jelas dia.
Strategi Ambil Alih Myanmar dalam Pemilu
Sementara itu, seorang profesor di Fakultas Ilmu Politik Universitas Chulalongkorn dan pakar terkemuka dalam hubungan Thailand-Myanmar, Thitinan Pongsudhirak, turut memberikan tanggapan atas pemilu kali ini.
Ia mengatakan, pemilu menawarkan kesempatan bagi Thailand untuk mengatur ulang strategi Myanmar dan mengubah arah.
“Thailand membutuhkan pemerintahan yang berbeda secara kualitatif di bawah kepemimpinan yang berbeda itu dapat digunakan untuk mengambil alih Myanmar,” tutur Pongsudhirak.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.