Di sisi lain, Jerman menjadi salah satu negara yang menyetujui pembatasan harga gas tersebut. Kendati kebijakan itu menimbulkan kekhawatiran tentang efek kemampuan Eropa untuk menarik pasokan gas di pasar global yang harganya kompetitif.
“Tidak ada seorang pun di Jerman yang menentang harga gas yang rendah, tetapi kami tahu bahwa kami harus sangat berhati-hati agar tidak melakukan sesuatu yang baik dan memicu sesuatu yang buruk,” kata Menteri Ekonomi, Jerman Robert Habeck.
Meskipun begitu, tiga pejabat Belanda dan Austria disebut menolak batasan harga tersebut selama negosiasi. Pasalnya, mereka khawatir kebijakan tersebut dapat mengganggu pasar energi dan membahayakan keamanan energi Eropa.
Sekitar 15 negara, termasuk Belgia, Yunani, dan Polandia, telah menuntut batas di bawah Rp3,3 juta. Harga ini jauh lebih rendah dari batas Rp4,5 juta per MWh yang awalnya diusulkan oleh Komisi Eropa bulan lalu.
“Fakta bahwa negara-negara yang tidak yakin tentang itu, khususnya Jerman, telah memilih untuk mendukungnya, menunjukkan kepada Anda betapa para pemimpin UE ini menginginkan kesepakatan,” kata Dominic Kane dari Al Jazeera, melaporkan dari Berlin.
Menteri Energi Belgia Tinne Van der Straeten turut berkomentar atas kesepakatan tersebut.
“Ini tentang masa depan energi kita. Tentang keamanan energi. Juga tentang bagaimana kami memiliki harga yang terjangkau, sehingga kami menghindari de-industrialisasi,” terang Straeten.
(SPM/MIC)