ANDALPOST.COM – Tentara penjaga perdamaian NATO telah membentuk penjagaan keamanan di sekitar empat balai kota di Kosovo untuk mencegah orang-orang Serbia memprotes walikota etnis Albania yang menjabat di wilayah tersebut usai pemilihan.
Bentrokan meletus pada Senin (29/5/2023) di Zvecan, salah satu kota di Kosovo utara. Dalam bentrokan itu polisi negara bagian yang seluruhnya terdiri dari etnis Albania menyemprotkan gas merica untuk mengusir kerumunan orang Serbia yang mencoba memaksa masuk ke wilayah itu.
Pengunjuk rasa Serbia melemparkan gas air mata dan granat kejut ke tentara NATO dan mengecat kendaraan NATO dengan huruf “Z”. AKsi ini mengacu pada tanda Rusia yang digunakan dalam perang di Ukraina.
Di Leposavic, dekat perbatasan dengan Serbia, pasukan penjaga perdamaian Amerika Serikat (AS) dilengkapi peralatan anti huru-hara. Dipasangnya kawat berduri di sekitar gedung kotamadya untuk melindunginya dari ratusan orang Serbia.
Di hari yang sama pula, pengunjuk rasa melempari mobil walikota baru dengan telur.
Presiden Aleksandar Vucic, yang merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Serbia, meningkatkan kesiapan tempur tentara ke tingkat tertinggi. Hal ini dikatakan langsung oleh Menteri Pertahanan Milos Vucevic kepada wartawan.
“Ini menyiratkan bahwa segera sebelum pukul 14:00 (1200 GMT), Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Serbia mengeluarkan instruksi tambahan untuk penempatan unit-unit tentara di posisi-posisi khusus yang ditentukan,” kata Vucevic.
KFOR, atau Pasukan Kosovo, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa misi yang dipimpin NATO telah membuat pasukan itu bersiap di empat kota di Kosovo utara mengikuti perkembangan terbaru di wilayah tersebut.
“Sejalan dengan mandatnya, KFOR siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan lingkungan yang aman dengan cara netral dan tidak memihak,” imbuh dia.
Dia juga menambahkan KFOR berhubungan dekat dengan badan keamanan Kosovo dan Serbia.
Penjaga perdamaian juga bertindak untuk melindungi balai kota di Zubin Potok dan Mitrovica Utara dari segala bentuk ancaman.
Igor Simic, wakil ketua partai Daftar Serbia, menuduh Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti memicu ketegangan di utara.
“Kami tertarik pada perdamaian,” kata Simic kepada wartawan di Zvecan.
“Orang Albania yang tinggal di sini tertarik pada perdamaian, dan hanya dia (Kurti) yang ingin membuat kekacauan,” imbuhnya.
Sementara itu, Serbia yang merupakan mayoritas di utara Kosovo, tidak pernah menerima deklarasi kemerdekaannya sejak 2008 silam.
Alhasil, warga setempat masih melihat Beograd sebagai ibu kota mereka lebih dari 20 tahun setelah pemberontakan Kosovo Albania melawan pemerintahan represif Serbia.
Etnis Albania merupakan lebih dari 90 persen populasi di Kosovo secara keseluruhan, tetapi Serbia utara telah lama menuntut penerapan kesepakatan 2013 yang ditengahi Uni Eropa untuk pembentukan asosiasi kotamadya otonom di wilayah mereka.
Pada bulan April lalu, orang Serbia menolak untuk mengambil bagian dalam pemilihan lokal, dan kandidat etnis Albania memenangkan pemilihan walikota di empat kota mayoritas Serbia dengan jumlah pemilih 3,5 persen.
Orang Serbia menuntut agar pemerintah Kosovo mengeluarkan walikota etnis Albania dari balai kota. Mereka juga ingin untuk mengizinkan pemerintah daerah yang dibiayai oleh Beograd untuk kembali menjalankan tugas mereka.
Dilansir oleh Assed Baig dari Al Jazeera ketegangan di wilayah itu memang kian meningkat.
“Sepertinya polisi sedikit lengah pagi ini. Mereka mendorong pengunjuk rasa dan menggunakan gas untuk membubarkannya, tetapi begitu banyak orang di sana,” terang Baig.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.