ANDALPOST.COM – Pemerintah Korea Selatan menghimbau para pengemudi truk semen yang unjuk rasa dengan cara mogok bekerja untuk kembali beraktivitas pada Selasa (29/11/2022).
Sebelumnya, para pengemudi yang termasuk ke dalam keanggotaan Serikat Solidaritas Pengemudi Truk Kargo itu mengadakan unjuk rasa dengan cara mogok bekerja untuk menentang pemerintah Korea Selatan.
Para pengemudi melakukan mogok karena mereka merasa bahwa pemerintah telah menekan hak-hak buruh mereka dan mengabaikan apa yang mereka minta.
Menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi, hampir 8.000 pengemudi truk telah berpartisipasi dalam pemogokan hari Senin lalu.
Akibat pemogokan tersebut, diperkirakan kepadatan lalu lintas di pelabuhan sudah mencapai 21% dari tingkat normal pada pukul 10 pagi. Hal ini membuat pengiriman semen, baja dan produk minyak olahan lainnya terhambat.
Lee Sang-min, Menteri Dalam Negeri dan Keselamatan, mengatakan pada hari Senin bahwa pemogokan tersebut diperkirakan telah menelan kerugian biaya ekonomi sebesar 300 miliar won atau setara Rp3,5 triluan setiap harinya.
Untuk kedua kalinya dalam rapat kabinet yang dilakukan pada hari Minggu (4/12/2022), pemerintah Korea Selatan mengeluarkan perintah andal kepada para pengemudi untuk kembali bekerja.
Pemerintah meminta kepada para supir truk yang sudah melakukan mogok kerja sejak 24 November 2022 untuk menghentikan aksi unjuk rasanya. Hal ini disampaikan oleh Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, yang berkata kepada kabinetnya.
Ia berharap para pengemudi truk yang mogok, terutama di industri minyak dan baja, bisa kembali bekerja. Menurutnya, mogoknya para pengemudi truk ini bisa meningkatkan gangguan dalam pengangkutan bahan-bahan utama di seluruh rantai pemasokan.
Yoon mengatakan bahwa pemerintah harus mencari solusi untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada perusahaan dan publik. Informasi ini disampaikan olehnya selama rapat kabinet pada hari Minggu lalu.
“Minyak, baja, dan sektor lain yang diperkirakan mengalami kerusakan tambahan harus siap mengeluarkan perintah kembali bekerja dalam waktu dekat,” katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
Ia juga menekankan bahwa perekonomian mereka tidak bisa terus disandera oleh para pengemudi truk yang mogok.
Meskipun mendapatkan ancaman pencabutan izin atau bahkan hukuman penjara, para pemogok mengatakan bahwa mereka akan tetap menentang perintah.
Mereka menuduh bahwa di bawah pemerintahan konservatif Presiden Yoon Suk Yeol, hak-hak buruh mereka telah ditekan. Belum dengan permintaan mereka yang diabaikan.
Memburuknya kondisi kerja dan tekanan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan biaya bahan bakar dan suku bunga juga membuat mereka merasa terpuruk.
Kerugian akibat pemogokan sejauh ini sebagian besar terbatas pada industri dalam negeri seperti konstruksi. Sampai saat ini, belum ada laporan tentang gangguan substansial terhadap ekspor utama seperti chip komputer dan mobil.
Yoon mengatakan bahwa para pengemudi truk yang mogok bekerja telah mengancam pemerintah untuk menghancurkan pondasi industri mereka. Hal ini tentu berkaitan dengan keterlambatan pengiriman bahan seperti semen dan baja ke lokasi konstruksi dan pabrik.
Menurutnya, para pemogok telah melakukan kegiatan terlarang dalam aksi unjuk rasa ini. Mereka menghasut para rekan kerja yang lainnya untuk berpartisipasi dalam pemogokan ini.
“Tidak ada cara untuk membenarkan tindakan mengambil nyawa orang dan ekonomi nasional sebagai sandera untuk mencapai kepentingan mereka sendiri,” kata Yoon dalam rapat Kabinet.
Para pejabat mengatakan bahwa perintah untuk mulai bekerja kembali akan dikeluarkan untuk para supir truk semen karena industri konstruksi paling terpukul oleh pemogokan ini.
Menteri Keuangan, Choo Kyung-ho, mengatakan dalam pengarahan hari Selasa bahwa pengiriman semen telah berkurang lebih dari 90% sejak awal pemogokan.
Ia juga menambahkan bahwa sekitar setengah dari lokasi konstruksi negara telah mengalami gangguan akibat pemogokan yang dilakukan para pengemudi truk ini.
(WAN/MIC)