ANDALPOST.COM – Sebuah desa di Ukraina Timur, Bakhmut, harus berjuang menahan gempuran serangan Rusia, Rabu (15/3/2023).
Salah satu personel militer Ukraina dengan nama samaran, Tuman, memerintahkan batalionnya untuk menahan serangan Rusia yang semakin intensif.
Rusia memang kian memainkan pasukan, senjata, maupun taktik untuk menguasai wilayah tersebut.
Petugas medis yang melapor ke Tuman menggambarkan banyak korban jiwa dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini sebagai bukti sengitnya peperangan di sepanjang garis depan yang melintasi timur dan selatan Ukraina.
Namun, perang kedua Tuman, juga memberikan kerugian besar bagi Rusia maupun Ukraina.
Kondisi Garis Depan Bakhmut
“Sejak awal Februari, mereka (Rusia) telah melakukan sekitar 40 hingga 50 percobaan serangan,” ungkap Tuman.
“Kami telah memukul mundur mereka semua,” imbuh dia.
Tetapi, Tuman khawatir pasukan Rusia di Bakhmut akan mengepung militer Ukraina yang berusaha mempertahankan wilayah tersebut. Dia mengatakan Rusia telah mengubah arah serangan baru-baru ini.
Ia mengklaim pihak Moskow tampaknya mengambil jalan ke Lyman, yakni sebuah kota di bawah kendali Ukraina yang terletak di sebelah barat Kreminna untuk menguasai wilayah itu.
Lebih lanjut, di bagian bawah upaya pengepungan terdapat Soledar yang berarti area di Bakhmut jauh lebih rentan. Sehingga, memungkinkan Rusia untuk mempercepat gerakan ke barat setelah berbulan-bulan mengalami kesulitan.
“Ini adalah arah utama kedua setelah Bakhmut yang sangat menarik bagi musuh, karena jika mereka datang ke Lyman maka di luarnya ada Kramatorsk dan Sloviansk,” kata Tuman.
“Itu akan menimbulkan ancaman sehingga mereka berusaha keras untuk memperjuangkan daerah ini. Terlebih ini tidak kalah pentingnya dengan Bakhmut,” lanjutnya.
Pergerakan Rusia
Sejumlah analis menyebut Rusia akan tetap mengalami kesulitan untuk menaklukkan kota Bakhmut yang kini sudah luluh lantak.
“Memang ada peningkatan aktivitas dan mereka (Rusia) mencoba bergerak menuju Lyman, mereka berhasil maju 4 km pada Februari,” kata analis militer Ukraina, Oleksandr Musiyenko.
“Musuh akan membutuhkan banyak pasukan untuk mengambil garis ini (Sloviansk-Kramatorsk-Kostiantynivka). Dan oleh karena itu, saya pikir itu tidak mungkin, mengingat kerugian yang sudah diderita pasukan Rusia,” jelas Oleksandr.
Di sisi lain, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memfokuskan invasi Moskow selama setahun ke Ukraina dengan dorongan defensif.
Rusia menyerang beberapa wilayah, yang secara historis pernah dikuasai oleh negara tersebut.
Namun, Ukraina menolak agresi yang dilancarkan Rusia sejak tahun lalu.
Pasalnya, peperangan antara kedua negara itu telah menelan puluhan korban jiwa.
Tak hanya itu, serangan Rusia juga menghancurkan bangunan serta perkotaan dan memaksa jutaan orang Ukraina melarikan diri.
Batalyon 110 Ukraina
Batalyon 110 Tuman aktif di wilayah yang direbut oleh Rusia setelah Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Tanda-tanda pertempuran, dan duel artileri berikutnya tersebar di mana-mana.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.