Hal tersebut tentunya merupakan bukti nyata bahwa pemerintah militer Myanmar telah mengabaikan rencana lima poin oleh para kepala negara ASEAN. Hal tersebut mencakup mengakhiri kekerasan dan dialog di antara semua pihak yang bertikai segera.
Oleh karena itu, kelompok regional memutuskan untuk mengambil langkah hukuman yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan melarang para pemimpin militer Myanmar dari pertemuan tingkat atas. Termasuk pertemuan tingkat menteri, yang akan diselenggarakan oleh Indonesia.
“ASEAN masih sangat prihatin dengan meningkatnya penggunaan kekerasan di Myanmar yang mengakibatkan jatuhnya korban sipil dan rusaknya fasilitas umum,” kata Retno kepada media.
“Ini harus segera dihentikan,” tambahnya.
ASEAN dan Tekanan Internasional
Diperkirakan, bahwa ASEAN akan mendapatkan tekanan internasional dalam pertemuan yang akan berlangsung. Di mana negara-negara mitra akan mendorong ASEAN untuk memberikan aksi mereka untuk mengatasi permasalahan Myanmar.
Seperti negara mitra ASEAN, Amerika Serikat (AS) yang nantinya akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken. Ia mendesak ASEAN untuk bertindak lebih tegas untuk menghadapi Myanmar.
Desakan lain juga datang dari pejabat tinggi Departemen Luar Negeri untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink, yang mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pernyataan bahwa masalah tersebut akan menjadi “salah satu masalah utama” yang dibahas di Jakarta.
“Kami mengharapkan teman dan mitra kami di ASEAN untuk terus menurunkan perwakilan Myanmar di tingkat menteri ASEAN dan kami juga berharap dapat menemukan cara untuk meningkatkan tekanan pada rezim untuk memaksa rezim mengakhiri kekerasannya dan kembali ke jalan demokrasi yang benar,” kata Kritenbrink. (ben/ads)