Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

PM Spanyol Desak Xi Jinping Bicara dengan Zelensky Demi Perdamaian Ukraina-Rusia

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Presiden China Xi Jinping. (Foto: Twitter)

ANDALPOST.COM – Perdana menteri (PM) Spanyol, Pedro Sanchez mendesak Presiden China, Xi Jinping untuk berbicara dengan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky. Keinginan Pedro tersebut ia sampaikan saat menghadiri konferensi pers di Beijing, Jumat (31/3).

Dorongan Sanchez tersebut bertujuan agar jalur perdamaian Ukraina dan Rusia semakin menemui titik terang dan dapat mengakhiri invasi yang telah terjadi sejak tahun lalu.

Sanchez mengatakan, Spanyol mendukung proposal yang dibuat oleh Volodymyr Zelensky mengenai invasi Rusia terhadap Ukraina.

Proposal itu juga berisi permintaan untuk mengembalikan wilayah Ukraina ke status quo sebelum pencaplokan Krimea oleh Rusia tahun 2014 silam.

Namun, tak hanya membahas mengenai invasi, Sanchez dan Xi Jinping juga kian mempererat hubungan bilateral antar kedua negara.

“Saya berterima kasih kepada Presiden Xi Jinping atas sambutannya dalam perjalanan bersejarah ini. Kunjungan ini meningkatkan hubungan bilateral kita dan memperkuat kerja sama di berbagai tantangan global.”

“Kami juga melakukan percakapan jujur tentang agresi Rusia melawan Ukraina,” cuit Sanchez.

“Saya percaya ini adalah rencana yang meletakkan dasar untuk perdamaian yang tahan lama di Ukraina dan selaras dengan piagam PBB dan prinsip-prinsipnya, yang telah dilanggar oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dengan invasinya,” imbuhnya.

Sang PM juga menyampaikan rasa prihatin atas invasi Rusia ke Ukraina.

“Saya menyampaikan keprihatinan kami atas invasi ilegal ke Ukraina,” bebernya.

Sehingga, ia mendorong presiden Xi Jinping untuk membuka pembicaraan dengan Zelensky guna mengetahui secara langsung rencana perdamaian Kyiv.

Posisi China

Bulan lalu, Beijing telah mengajukan sebuah proposal yang berisi 12 poin mengenai solusi politik atas perang Rusia dan Ukraina.

Di dalam 12 poin tersebut, juga termasuk gencatan senjata komprehensif guna mengakhiri konflik berkepanjangan.

Sayangnya, sejumlah pejabat UE di China tidak menyebut bahwa Rusia merupakan agresor dalam konflik tersebut.

Meski begitu, Sanchez memuji beberapa aspek dalam proposal China tersebut.

“Penolakannya yang lengkap dan tegas tidak hanya terhadap penggunaan tetapi bahkan ancaman untuk menggunakan senjata nuklir dan penghormatannya terhadap integritas teritorial,” terang Sanchez.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.