Tanggapan
Saat didekati oleh serikat kepala sekolah mengenai masalah ini, pendahulu Attal sebagai menteri pendidikan, Pap Ndiaye justru enggan membahas penggunaan abaya.
Tetapi, satu pemimpin serikat pekerja, Bruno Bobkiewicz, menyambut baik pengumuman Attal pada hari Minggu kemarin.
“Instruksi sebelumnya tidak jelas, sekarang sudah jelas dan kami menyambutnya,” kata Bobkiewicz, Sekretaris Jenderal NPDEN-UNSA, yang mewakili kepala sekolah.
Eric Ciotto, ketua partai oposisi sayap kanan Partai Republik, juga menyambut baik kebijakan tersebut.
“Kami beberapa kali menyerukan pelarangan abaya di sekolah,” ujar Ciotto.
Namun Clementine Autain dari partai oposisi sayap kiri France Unbowed mengecam larangan tersebut. Ia mengklaim bahwa kebijakan itu membatasi dalam penggunaan pakaian.
“Pengumuman Attal itu tidak konstitusional dan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar nilai-nilai sekuler Prancis,” terang Autain.
“Terlihat seperti penolakan obsesif pemerintah terhadap umat Islam,” imbuhnya.
CFCM, sebuah badan nasional yang mencakup banyak asosiasi Muslim, mengatakan bahwa pakaian saja bukanlah tanda keagamaan.
Pengumuman ini merupakan langkah besar pertama yang dilakukan Attal, sejak ia dipromosikan musim panas ini untuk menangani portofolio pendidikan yang sangat kontroversial.
Bersama Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, ia dinilai sebagai bintang baru yang berpotensi memainkan peran penting setelah Macron mundur pada tahun 2027. (spm/ads)