Pemicu Peningkatan Senjata
Lebih lanjut, seorang pria imigran berusia 22 tahun bernama Kris He yang tinggal di AS mengungkapkan ketakutannya. Setelah salah satu temanya tewas dalam penembakan di Monterey Park.
“Saya takut di rumah saya, ” ungkap Kris He.
Meskipun ia tidak tumbuh dengan lingkugan persenjataan, tetapi demi rasa aman, Kris He pun memutuskan untuk membeli senjata.
“Saya pikir jika kita mempunyai senjata dan kamu punya senjata. Aku takut kamu, kamu takut aku. Jadi, aman,” jelas Kris He.
Dikutip data dari CNN US, bahwa selama pandemi, survey Senjata Api Nasional menemukan, bahwa banyaknya kepemilikan senjata baru itu didominasi orang Asia-Amerika.
Meskipun begitu, menurut survey Pew Research Center, bahwa pembeli senjata Asia-Amerika merupakan presentasi terkecil dari keseluruhan penjualan senjata di AS.
Hanya sepuluh persen orang dewasa Asia yang melaporkan bahwa mereka memiliki senjata pribadi. Sementara sepuluh persen lainnya mengatakan, bahwa mereka tinggal serumah dengan orang yang memilki senjata.
Alex Ngunyen dari pusat Hukum Giffords untuk Pencegahan Kekerasaan Bersenjata mengungkapkan, bahwa peningkatan pembelian senjata terjadi karena pandemi dan rasisme Asia-Amerika.
“Meningkatkanya masalah keamanan, banyak diantaranya terkait dengan pandemi. Juga rasisme Asia-Amerika telah menyebabkan lonjakan pembelian senjata di kalangan kelompok minoritas ini,” ucap Alex.
Banyaknya yang beranggapan bahwa penembakan massal lainya bisa terjadi, pun mengakibatkan peningkatan pembelian senjata untuk berjaga-jaga. (els/ads)