Di sisi lain, kunjungan Kishida ke Kyiv, hanya berselang satu hari setelah Presiden China, Xi Jinping berkunjung ke Moscow, Rusia.
Sebagaimana demikian, kedua kunjungan oleh Kishida dan Xi tersebut mencerminkan perpecahan yang mendalam di Asia Timur terkait perang di Ukraina.
Khusunya, dengan Jepang yang menjanjikan bantuan besar untuk Kyiv, sementara China tetap menjadi salah satunya suara yang mendukung Presiden Putin.
Kunjungan Xi tersebut telah dibingkai oleh Beijing sebagai proyek perdamaian, meskipun ada skeptisisme yang mendalam dari Ukraina dan negara-negara barat.
Bagi Amerika Serikat sendiri dan sebagian besar Eropa, kehadiran pemimpin China di Moscow dipandang sebagai dukungan kuat untuk Putin.
Khususnya, saat militer Rusia ‘diperkirakan’ kehabisan pasokan. Serta, dengan ekonominya yang sedang berjuang di bawah sanksi Barat.
Sepanjang invasi, China diketahui mendukung retorika Kremlin yang menyalahkan NATO atas konflik tersebut.
Selain itu, China juga menolak untuk menghukum invasi, dan terus mendukung Moscow secara finansial dengan meningkatkan pembelian bahan bakar Rusia secara signifikan.
Tetapi di saat yang sama, Xi juga berencana untuk berbicara dengan Zelensky setelah perjalanannya di Moscow. (xin/adk)