ANDALPOST.COM – Penguasa Taliban menerbibatkan larangan baru bagi perempuan Afghanistan yang tidak boleh menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikonfirmasi oleh kementerian pendidikan tinggi dalam surat yang dikeluarkan untuk semua universitas negeri dan swasta, Selasa (20/12/2022).
“Anda semua diberitahu untuk melaksanakan perintah penangguhan pendidikan perempuan tersebut sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata surat yang ditandatangani oleh menteri pendidikan tinggi, Neda Mohammad Nadeem.
Adanya kebijakan itu telah membuat miris dosen bernama Meena (52). Meena merupakan nama samaran karena narasumber enggan untuk memberikan identitasnya.
“Mahasiswa perempuan saya putus asa dan saya tidak tahu bagaimana menghibur mereka,” terang Meena dilansir dari The Guardian.
“Salah satu dari mereka pindah ke Kabul dari provinsi terpencil, mengatasi begitu banyak kesulitan, karena dia diterima di universitas bergengsi di sini. Semua harapan dan impiannya hancur hari ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, Meena mengaku sangat memahami ketakutan dari anak didiknya tersebut.
“Saya kehilangan pendidikan bertahun-tahun terakhir kali mereka berkuasa. Dan pada hari Taliban mengambil alih Kabul, saya tahu bahwa mereka akan melarang gadis-gadis itu masuk universitas,” terang Meena.
Masa Depan tanpa Harapan
“Mereka mungkin tampak seperti kelompok yang berubah dengan ponsel cerdas, akun media sosial, dan mobil bagus mereka, tetapi mereka adalah Taliban yang sama yang menolak pendidikan saya dan sekarang membunuh masa depan siswa saya,” sambungnya.
Seorang aktivis hak anak di pengasingan Prof. Manizha Ramizy menyebut ia telah menerima beberapa pesan dari muridnya yang mayoritas merasa panik.
“Mereka ketakutan melihat masa depan tanpa harapan,” ungkap Manizha.
Menurutnya, wanita Afghanistan telah mengalami kebijakan yang kian ketat selama berbulan-bulan. Namun, mayoritas dari mereka masih berharap dapat melanjutkan pendidikan.
“Mereka akan mengeluh kepada saya tentang bagaimana mereka dianiaya di ruang kelas dan di masyarakat. Itu adalah pengalaman yang mengerikan, tapi setidaknya mereka akan segera lulus dan menyadari potensi yang ada dalam diri. Tapi, semua itu hilang sekarang,” jelas Manizha.
Larangan pendidikan itu muncul kurang dari tiga bulan setelah ribuan anak perempuan mengikuti ujian masuk universitas di seluruh negeri. Mereka memiliki cita-cita ingin menjadi dokter serta memiliki karier andal di masa depan.
Setelah pengambilalihan Afghanistan oleh Islamis garis keras pada Agustus tahun lalu. Universitas dipaksa untuk menerapkan aturan baru termasuk ruang kelas dan pintu masuk yang dipisahkan secara gender.
Selain itu, perempuan juga hanya diizinkan mendapat materi perkuliahan dari profesor perempuan atau laki-laki tua.
Bahkan, sebagian besar gadis remaja Afghanistan telah dilarang melanjutkan pendidikan di bangku sekolah menengah. Alhasil, mereka kesulitan masuk ke perguruan tinggi.
Mahasiswa jurnalisme bernama Madina (18) mengungkapkan bahwa dirinya masih belum percaya akan larangan tersebut.
“Saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan. Bukan hanya saya tetapi semua teman saya tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan perasaan kami,” ungkap Madina.
“Semua orang memikirkan masa depan yang tidak diketahui di depan mereka. Mereka mengubur impian kita,” ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.