Komentar Blinken pun muncul setelah ia memberi tahu Bazoum awal pekan ini atas dukungan AS terhadap negara Afrika yang terkurung daratan, akan bergantung pada pemerintahan demokratis dan penghormatan terhadap supremasi hukum serta Hak Asasi Manusia (HAM).
Sementara dalam pidato di televisi negara pada hari Jumat, Jenderal Tchiani yang berusia 62 tahun mengatakan, ia telah mengambil kendali pemerintah untuk mencegah kehancuran negara secara bertahap dan tak terelakkan.
Kembali ke Barak
Uni Afrika juga menuntut militer di Niger kembali ke barak mereka. Serta memulihkan otoritas konstitusional dalam waktu 15 hari sejak merebut kekuasaan.
“Dewan Keamanan dan Perdamaian AU menuntut personel militer untuk segera dan tanpa syarat kembali ke barak mereka dan memulihkan otoritas konstitusional, dalam jangka waktu maksimum lima belas (15) hari,” terangnya setelah pertemuan hari Jumat mengenai kudeta Niger.
Uni Afrika pun mengutuk keras atas penggulingan pemerintah terpilih. Serta menyatakan keprihatinan mendalam lantaran kudeta militer di Afrika tersebut.
Tchiani sebelumnya memimpin perlawanan terhadap kudeta yang gagal pada Maret 2021 lalu. Saat pasukan mencoba mengambil alih istana presiden beberapa hari sebelum pelantikan Bazoum sebagai presiden baru yang baru terpilih.
Pemilihan Bazoum pro-Barat menandai transfer kekuasaan damai pertama sejak Niger memperoleh kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960 silam.
Niger yang berbatasan dengan tujuh negara Afrika termasuk Libya, Chad dan Nigeria, dipandang oleh AS dan mantan penguasa kolonial Prancis sebagai mitra penting untuk mengatasi ancaman keamanan di wilayah tersebut.
Negara itu merupakan penerima bantuan militer AS terbesar di Afrika Barat. Setelah menerima sekitar Rp7 triliun untuk negara tersebut sejak 2012.
Niger juga menampung lebih dari 2.000 tentara Barat, sebagian besar dari AS dan Prancis. (spm/ads)