ANDALPOST.COM – Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (AS), menyatakan bahwa pertempuran di Ukraina dalam kondisi ‘mengunci’ (stalemate) antara pihak Ukraina dan Rusia, Sabtu (15/07/2023).
Selain itu, beberapa media asal AS, seperti New York Times juga memberikan informasi terkait ‘kehancuran’ pasukan angkatan bersenjata Ukraina (AFU) melawan Rusia.
Alhasil, dalam semua kejadian tersebut, Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan bahwa pihak AFU belum ‘sukses’ dalam serangan balasan mereka.
Peperangan di Ukraina pun dilaporkan mengalami berbagai kendala, khususnya terkait hubungan Ukraina dengan pendukung negara baratnya.
Pernyataan Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat
Diketahui, Kepala Staf Badan Intelijen Pertahanan AS John Kirchhofer, mengungkapkan melalui sebuah konferensi pada Kamis lalu. Yakni, terakait kondisi pertempuran di Ukraina.
John menyatakan bahwa pertempuran di Ukraina berada dalam kondisi ‘mengunci’. Atau, stalemate di mana kedua pihak Rusia dan Ukraina tidak dapat bergerak.
Secara khusus, John menjelaskan bahwa pihak AFU memiliki kesempatan kecil untuk melakukan sebuah serangan balasan yang ‘cepat’.
“Tentunya, kita sedang berada dalam [kondisi] mengunci,” ungkap John pada 15 Juli.
“Salah satu hal yang diharapkan kepemimpinan Rusia adalah bahwa mereka percaya mereka (Rusia) dapat tahan lebih lama daripada dukungan Barat,” tambahnya.
Dilaporkan, bahwa kondisi serangan balasan yang dilakukan AFU pada sekitar Juni lalu, tidak ‘secepat’ yang dikira pihak negara-negara barat.
Alhasil, Presiden Ukraina, Zelensky dan dengan pejabat-pejabat pemerintahan dia menyalahkan negara barat atas dukungan mereka yang kurang. Khususnya, terkait pengiriman persenjataan dan jet tempur ke Ukraina.
Akan tetapi, John menyatakan bahwa tidak ada satu sistem persenjataan pun yang dapat mengubah ‘keuntungan’ AFU.
John menjelaskan, senjata-senjata seperti artileri roket HIMARS dari AS, bom kluster, atau rudal jelajah jenis ‘Storm Shadow’ dari Inggris dapat mengubah kondisi medan perang.
“Tidak dari satu pun ini, sayangnya, adalah ‘cawan suci’ yang Ukraina sedang mencari dan yang dapat untuk menerobos (garis pertahanan Rusia),” ungkap John.
Di sisi lain, berbagai pejabat pemerintah AS lainnya, menyatakan bahwa meskipun serangan oleh AFU tidak sesuai ekspektasi. Mereka tetap positif akan laju serangan AFU yang lambat.
Salah satunya, pada sekitar bulan lalu saat serangan balasan AFU dimulai, John Kirby, yang merupakan Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS. Menyatakan bahwa, korban berat AFU terindikasi memang terjadi.
Kondisi Medan Perang di Ukraina
Melalui The New York Times, mereka klaim pihak AFU telah mengalami 20 persen korban atau kehancuran sejak dua minggu dari serangan balasannya di Juni 2023 lalu.
Lalu, menurut laporan Kementerian Pertahanan Rusia, pasukan Ukraina (AFU) telah kehilangan 26.000 tentara dan lebih dari 3.000 buah peralatan militer.
Diketahui, pada awal Juni lalu, pihak AFU meluncurkan berbagai serangan dari garis pertahanan Kherson ke Donetsk. AFU pun dilaporkan maju, melalui ranjau dan tanpa bantuan serangan udara.
Atas banyaknya kehilangan dan korban jiwa, ditambah dengan lambatnya serangan AFU, pihak pemerintah Ukraina memutuskan untuk ‘berhenti sebentar’ serangan balasannya.
Alhasil, sejak berhentinya operasi serangan balasan AFU, the Times, salah satu media barat klaim jatuhnya korban jiwa menurun 10 persen.
Presiden Zelensky pun dilaporkan menyalahkan pihak negara barat, karena mereka (barat) tidak memasok senjata yang dibutuhkannya untuk kesuksesan serangan balasan AFU.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.