Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Dewan PBB Akhiri Misi Penjaga Perdamaian di Mali

Penjaga perdamaian PBB membawa peti mati tiga tentara dari Bangladesh di Bamako, Mali. (Foto: Moustapha Diallo/Reuters)

Tanggapan Internasional

Penjaga perdamaian Chad berjaga di pangkalan penjaga perdamaian MINUSMA di Kidal, Mali. (Foto: Adama Diarra/Reuters)

Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS), Jeffrey DeLaurentis, menyatakan penyesalan atas keputusan pemerintah militer untuk meninggalkan misi PBB.

Ia menyebut beberapa aktor domestik di Mali menyerukan pelecehan terhadap penjaga perdamaian. Serta mendesak misi untuk memastikan transfer fasilitas dan peralatan PBB yang aman dan tertib ke tempat-tempat yang ditunjuk organisasi tersebut.

“PBB memiliki tanggung jawab untuk meminimalkan risiko bahwa asetnya jatuh ke tangan mereka yang ingin membuat Mali tidak stabil, atau membahayakan rakyatnya, termasuk organisasi ekstremis kekerasan dan Grup Wagner,” terang DeLaurentis.

Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward pun menyatakan penyesalan, bahwa Mali ingin pasukan penjaga perdamaian pergi pada saat kawasan tersebut menghadapi peningkatan ketidakstabilan dan kebutuhan kemanusiaan.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov justru merombak dukungan negaranya terhadap Mali.

“Terjadi pembaharuan dukungan terhadap Mali di bidang militer-teknis serta untuk bantuan kemanusiaan dan ekonomi,” beber Lavrov.

Mali telah berjuang untuk membendung pemberontakan bersenjata yang berakar setelah pemberontakan pada tahun 2012.

Dewan Keamanan PBB mengerahkan MINUSMA pada tahun 2013 untuk mendukung upaya asing dan lokal guna memulihkan stabilitas.

Frustrasi tentang meningkatnya ketidakamanan memicu dua kudeta di Mali pada tahun 2020 dan 2021 lalu. (spm/ads)