ANDALPOST.COM — Hilangnya Menteri Pertahanan China menjadi rangkaian pergolakan di jajaran pejabat tinggi di bawah pemerintahan Xi Jinping, Minggu (17/9/2023).
Diketahui, pemerintahan Xi Jinping memang keras terhadap keamanan dalam negeri, mengalahkan keterlibatan internasional.
Disisi lain, meningkatnya ketidakpastian dapat mempengaruhi kepercayaan negara-negara lain. Terutama terhadap kepemimpinan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, kata para diplomat dan analis.
Menteri Pertahanan Li Shangfu yang telah melewatkan pertemuan. Termasuk dengan satu mitra asing sejak terakhir kali terlihat pada akhir Agustus, tengah diselidiki dalam penyelidikan korupsi pengadaan militer.
Sementara itu, menteri luar negeri yang baru dilantik, Qin Gang, menghilang tanpa penjelasan apapun pada bulan Juli lalu.
Bulan yang sama dengan perombakan mendadak Pasukan Roket elit militer, yang mengawasi persenjataan nuklir Tiongkok.
Ketika Xi, panglima tertinggi Tiongkok, berfokus pada hal-hal yang bersifat domestik, ia pun menimbulkan kekhawatiran di kalangan diplomat asing bulan ini dengan melewatkan pertemuan puncak G20 di India.
Hal itu menjadi pertama kalinya bagi China melewatkan pertemuan para pemimpin global dalam satu dekade kekuasaannya.
Menghadapi ketidakpastian yang semakin besar, beberapa diplomat dan analis menyerukan agar melihat lebih dekat sifat sebenarnya dari rezim Xi.
“Penilaian yang jernih diperlukan, ini bukan sekadar pertanyaan apakah Tiongkok merupakan mitra atau pesaing, namun ini adalah sumber risiko ekonomi, politik, dan militer,” kata Drew Thompson, mantan pejabat Pentagon.
Karena kurangnya transparansi seputar perubahan tersebut, berbagai penjelasan justru semakin memperburuk krisis kepercayaan yang sedang terjadi di Tiongkok.
Namun, Kementerian Luar Negeri China enggan memberikan tanggapan lebih jauh mengenai kasus menghilangnya para menteri tersebut.
Enggan Berikan Tanggapan
Mengenai hilangnya dan penyelidikan Menteri Pertahanan Li, juru bicara kementerian mengatakan bahwa ia tidak mengetahui situasinya.
Dewan Negara dan Kementerian Pertahanan juga tidak memberikan tanggapan atas kasus tersebut.
Sejak pengangkatannya pada bulan Maret, Li telah menjadi tokoh publik dalam perluasan diplomasi militer Tiongkok.
Mengungkapkan keprihatinan atas operasi militer A.S. selama konferensi keamanan tingkat tinggi pada bulan Juni dan mengunjungi Rusia dan Belarus pada Agustus lalu.
Ia diperkirakan akan menjadi tuan rumah pertemuan keamanan internasional di Beijing pada bulan Oktober. Lalu mewakili Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada pertemuan para kepala pertahanan regional di Jakarta pada bulan November.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.