ANDALPOST.COM – New Orleans dikabarkan tengah diselimuti cuaca panas ekstrem yang menyentuh angka 110 Fahrenheit atau sekitar 43,33 Celsius.
Laporan tersebut diketahui berdasarkan dengan kejadian setelah kebaktian berakhir di Gereja Baptis Misionaris Filipi Baru di Bangsal Kesembilan Bawah, New Orleans, Amerika Serikat pada hari Minggu.
Setelah cuaca panas tersebut menyelimuti, pihak gereja memutuskan untuk membuka pintu agar orang-orang terhindar dari panas yang tak tertahankan.
Cuaca panas ekstrem bertekanan tinggi di atas Louisiana, Texas, dan Oklahoma diketahui sudah berada selama hampir dua minggu.
Kemudian, menurut laporan Layanan Cuaca Nasional, pada hari Minggu lalu, level indeks panas tersebut menyebar di New Orleans yang mencapai 110 Fahrenheit atau 43,33 derajat Celsius.
Lebih lanjut, akibat dari cuaca panas ekstrem di New Orleans ini, khotbah di Gereja Baptis Misionaris tersebut membahas tentang melepaskan.
Melalui khotbah tersebut, pendeta diketahui mengutip ayat dari Al-Kitab dengan surat Mazmur 37 yang berbunyi ‘Jangan resah karena pelaku kejahatan,’” kata pendeta Anthony Jeanmarie III.
Ia melanjutkan, “Ini (khotbah) hanya menyemangati kita sebagai orang yang percaya bahwa hal-hal buruk dalam hidup kadang-kadang terjadi pada kita. Tetapi tugas kita bukanlah berfokus pada orang atau masalahnya,” pungkasnya kepada Jemaat.
Khotbah tersebut dibawakan oleh Pendeta Anthony Jeanmarie III lantaran indeks panas telah mencapai setinggi 120 Fahrenheit pada minggu lalu.
Panasnya cuaca tersebut memaksa pemerintah setempat untuk mengumumkan bahwa pusat pendinginan, termasuk Gereja Baptis Misionaris Filipi Baru tersebut akan dibuka.
Dibukanya gereja tersebut dengan tujuan untuk menghindari panas ekstrem dari penduduk sepanjang akhir pekan.
Penyakit Panas
Berdasarkan laporan dari departemen kesehatan Louisiana, Alicia Van Doren menjelaskan bahwa penyakit yang berhubungan dengan panas di negara bagian itu akan membuat tubuh lebih sulit untuk menerima suhu dingin.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa tingkat kelembaban yang tinggi di udara mencegah keringat menguap. Sehingga menghambat mekanisme tubuh untuk mengeluarkan suhu dingin.
“Jadi ketika produksi panas internal melebihi kehilangan panas, tubuh mencapai titik di mana ia tidak dapat lagi mempertahankan pengaturan termal alaminya. Saat itulah suhu inti mulai naik dan serangan panas terjadi,” kata Van Doren.
Berdasarkan laporan, pekerja yang lebih rentan terkena penyakit terkait panas adalah pekerja di bidang pertanian, konstruksi, pertamanan, transportasi, dan utilitas.
Hal ini dikarenakan mereka kurang memiliki kendali atas jumlah waktu di bawah terik matahari.
Akibatnya, diketahui sekitar 320 pekerja dibawa ke rumah sakit lantaran terkena penyakit panas dengan orang kulit hitam memiliki tingkat bahaya dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.