Sementara itu, India berjanji akan melakukan apapun guna membantu menyelesaikan krisis di Ukraina.
Tetapi Zelensky tetap berjuang untuk meyakinkan para pemimpin Global Selatan seperti Modi dan Presiden Brazil, Luiz Inacio Lula da Silva yang menyebut tidak ada gunanya menyalahkan konflik.
“Tidak ada gunanya menyalahkan konflik tersebut, untuk mengambil sikap yang lebih kuat terhadap Moskow,” terang keduanya.
Rusia Tetap di Atas Angin, Zelensky Terus Berusaha atas Perdamaian
“Sikap India terhadap perang di Ukraina didukung oleh sentimen populer di India,” ujar Archana Upadhyay, seorang Profesor di Pusat Studi Rusia dan Asia Tengah di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi
“Narasi Barat memiliki sedikit peminat di sini,” imbuhnya.
Upadhyay mengatakan, meskipun membawa semua pemangku kepentingan ke meja perundingan harus menjadi tanggung jawab semua orang. Maka itu tidak berarti Rusia telah dijauhi atau kemungkinan akan dijauhi.
“Alasan perang jauh lebih kompleks daripada yang ingin diakui oleh Barat,” bebernya.
Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida, tuan rumah G7 tahun ini pun telah memperluas daftar tamu pertemuan tersebut. Saat ia mencari dukungan dari negara-negara berkembang dan kekuatan menengah untuk mengatasi tantangan global. Termasuk konflik di Ukraina.
Sejauh ini, Kishida telah mengadopsi sikap terkuat di kawasan itu terhadap Rusia, menyebut konflik itu sebagai pelanggaran terhadap tatanan berbasis aturan internasional yang menjunjung tinggi perdamaian dan keamanan semua negara, termasuk negaranya sendiri.
Pemimpin Jepang, yang memimpin Tokyo untuk melakukan pembangunan militer terbesarnya sejak Dunia II, telah berulang kali mengaitkan nasib buruk Ukraina dengan nasib Taiwan yang diklaim China sebagai kesatuan dari negara Beijing.
Bahkan, China mengklaim akan mengambil paksa Taiwan jika memang dibutuhkan.
Sementara G7 masih berpengaruh. Saat pangsa ekonomi globalnya telah menurun dari sekitar 70 persen selama tahun 1980-an menjadi 44 persen saat ini.
Hal itu berarti kemampuannya untuk memperketat sekrup di Rusia terbatas, tanpa dukungan dari komunitas internasional yang lebih luas.
Pada Minggu (21/5) atau hari terakhir KTT, Zelensky dijadwalkan bergabung dengan para pemimpin G7 dan mengundang non-anggota. Termasuk India, Indonesia dan Brazil, untuk pembicaraan tentang perdamaian dan stabilitas global.
Zelensky juga diperkirakan akan mengadakan lebih banyak pembicaraan bilateral dengan para pemimpin dunia. Termasuk Presiden AS Joe Biden dan Kishida. (spm/ads)