ANDALPOST.COM – Seorang pengajar sekolah Haiti, Miguel Jacquet (45) dulunya mampu menafkahi sang keluarga. Namun, krisis kemanusiaan serta ekonomi yang kian buruk, membuatnya bergabung dengan barisan orang miskin.
Diketahui, Jacquet semakin bergantung pada uang yang dikirim kerabatnya di luar negeri.
Hal ini, juga disebabkan karena lonjakan inflasi dan kekurangan bahan bakar. Yang, membuat kebutuhan dasar, seperti makanan dan obat-obatan tidak terjangkau oleh banyak orang.
“Saya benar-benar merasa malu, setiap kali saya harus menelepon saudara laki-laki saya di New York untuk meminta uang kepadanya,” kata Jacquet, dikutip dari Context, Kamis (24/11/2022).
Selebihnya, Jacquet mengaku menerima antara Rp1,5 juta hingga Rp3 juta setiap bulan. Uang tersebut digunakan untuk menghidupi keluarganya yang berada di ibu kota Port-au-Prince.
“Kemiskinan menyebar ke mana-mana di Haiti, bahkan di dalam sektor-sektor populasi yang dulu disebut sebagai kelas menengah,” imbuh Jacquet.
Kondisi Negara Haiti
Warga Haiti yang tinggal di luar negeri, telah lama menopang perekonomian keluarga mereka, dengan aliran pengiriman uang naik menjadi Rp68 miliar tahun lalu.
Yakni, mewakili 21 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Haiti. Data ini berdasarkan Bank Dunia.
Diduga, pengiriman uang dari keluarga yang bekerja di luar negeri, memang menjadi hal utama bagi warga Haiti untuk menyambung hidup.
Lantaran, negara itu semakin terjerumus ke dalam krisis politik dan ekonomi. Dengan inflasi pada bulan Juni lalu, yang mencapai level tertinggi selama 10 tahun, sebesar 29 persen.
Alhasil, Haiti dilanda ketidakstabilan politik, serangkaian bencana alam, dan kekerasan geng kronis.
Lalu, massa menguasai sebagian besar wilayah negara dan semakin memperluas jangkauan mereka. Khususnya, sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse tahun 2021 lalu.
Diketahui, blokade geng terhadap terminal bahan bakar, yang berakhir awal bulan ini, terus mendongkrak harga makanan dan bahan bakar.
Dampaknya, menambah hilangnya harapan warga yang sudah berjuang untuk bertahan hidup.
Tanggapan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Bulan lalu, PBB mengatakan Haiti mengalami “bencana” kelaparan. Bahkan, masuk dalam tingkat kerawanan pangan tertinggi dalam skala ‘lima poin’ yang digunakan oleh PBB dan kelompok bantuan.
Lalu, PBB juga menyebut, ada total 4,7 juta orang atau setengah dari populasi Haiti yang mengalami kerawanan pangan akut.
Diketahui, di awal bulan ini, kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk mengatakan Haiti “di ambang jurang”.
Banyak keluarga yang bertahan hidup dengan kiriman uang, berbagi atau melewatkan makan, Serta, tidak menyekolahkan anak mereka karena tidak mampu lagi.
Kekurangan Bahan Bakar
Dilaporkan, pemicu krisis kemanusiaan ini, adalah blokade terminal bahan bakar utama oleh gerombolan bersenjata yang dimulai pada bulan September lalu.
Sehingga, hal itu memutus pasokan bensin, termasuk solar dan berdampak pada kekurangan barang-barang kebutuhan pokok, serta air bersih.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.